Parfum Kerajaan Aceh, yang juga dikenal dengan sebutan The King Off, semakin mencuri perhatian pecinta wewangian baik di dalam negeri maupun mancanegara. Parfum ini lahir dari kearifan lokal Aceh dengan memanfaatkan bahan-bahan alami seperti bunga, rempah-rempah, hingga kayu beraroma khas.
Sejak masa kejayaan perdagangan rempah, Aceh dikenal sebagai salah satu pusat utama dunia. Pedagang dari Arab, Persia, India, hingga Tiongkok kerap singgah ke Tanah Rencong, membawa gaharu, cendana, dan kapur barus. Bahan-bahan berharga inilah yang kini menjadi inti racikan parfum khas Aceh.
Pendiri Parfum Kerajaan Aceh, Rizki Ramadhan, mengatakan sejak berdiri pada 2020, produk ini bukan hanya sekadar wewangian, tetapi juga sarana melestarikan budaya. Melalui akun Instagram resmi [@]kerajaanacehparfume, Rizki aktif mempromosikan produk tersebut ke berbagai kalangan.
“Melalui parfum, kami ingin mengangkat nilai dan sejarah Aceh. Logo produk pun terinspirasi dari ikon budaya, seperti Pintu Aceh yang melambangkan Masjid Raya Baiturrahman, Gunongan Aceh sebagai simbol sejarah, hingga kupiah meukutop sebagai warisan tradisi,” jelasnya.
Parfum ini diracik dengan metode tradisional yang diwariskan turun-temurun, melalui proses penyulingan, pencampuran, hingga fermentasi. Bahan-bahan utama yang digunakan antara lain bunga cempaka, melati, kayu gaharu, kopi, cengkeh, serta kayu manis. Kombinasi alami tersebut menghasilkan aroma khas, kuat, sekaligus tahan lama.
Saat ini, Parfum Kerajaan Aceh hadir dalam berbagai varian, seperti Seulanga, Jeumpa, Coffee, Sanger Espresso, hingga Sultan Muda. Produk ini tidak hanya diminati masyarakat lokal, tetapi juga banyak diburu wisatawan sebagai oleh-oleh khas Aceh. Bahkan, keberadaannya telah diperkenalkan kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta sejumlah instansi terkait di Aceh.
“Visi kami adalah menyediakan produk parfum berkualitas dengan ciri khas daerah, membangun loyalitas konsumen, sekaligus meningkatkan apresiasi terhadap produk lokal,” tambah Rizki.
Dengan keunikan aroma serta nilai budaya yang terkandung di dalamnya, Parfum Kerajaan Aceh kini layak disebut sebagai salah satu warisan tradisi Nusantara yang sedang menuju panggung dunia.