Banda Aceh — Aktivis Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Aceh, Yulindawati, kembali turun langsung ke lapangan menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi warga terdampak banjir di Kabupaten Aceh Tamiang, Jumat, 19 Desember 2025.
Total 8 ton logistik dan makanan siap saji didistribusikan ke sejumlah desa terdampak, hasil kolaborasi lintas komunitas dan donatur dari luar Aceh.
Logistik tersebut merupakan hasil koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) dan berasal dari sumbangan berbagai komunitas, antara lain anggota FAKPI, Alumni Faperta UB 95, MCAI Fase II NTB, Fasilitator PBJ, serta jaringan 212 Mart.
Bantuan disalurkan ke enam desa yang terdampak cukup parah, yakni Desa Sulum, Suka Makmur, Sekumur, dan Juar di Kecamatan Sekerak, serta Desa Matang Seupeng di Kecamatan Bendahara dan satu desa lainnya di Kecamatan Seruway.
Dalam proses distribusi, dukungan transportasi logistik difasilitasi oleh Bank Aceh melalui koordinasi dengan Dinas Perhubungan Aceh, sehingga penyaluran bantuan dapat berjalan lancar dan tepat sasaran.
“Saya berterima kasih atas kerja sama semua pihak. Ini bukti bahwa kolaborasi nyata jauh lebih penting daripada sekadar wacana,” ujar Yulindawati di sela kegiatan distribusi.
Ia juga menyoroti fenomena yang kerap terjadi di lapangan, yakni banyak pihak yang vokal mengkritik namun enggan terlibat langsung dalam aksi kemanusiaan.
“Mengkritik itu mudah. Yang sulit adalah turun tangan dan membangun koordinasi nyata. Saya bersyukur diberi kesempatan menjalankan tugas ini agar rakyat Aceh bisa segera bangkit,” tegasnya.
Selain itu, Yulindawati mengecam keras adanya laporan penjarahan logistik bantuan oleh oknum tak bertanggung jawab. Menurutnya, tindakan tersebut merupakan pelanggaran moral serius di tengah situasi darurat kemanusiaan.
“Di tengah bencana, mengambil hak korban adalah perbuatan tercela. Aceh menjunjung tinggi nilai syariat Islam yang melarang kerakusan dan ketamakan. Ini bukan saatnya serakah, ini saatnya bersatu dan menjaga martabat Aceh,” katanya lantang.
Yulindawati menegaskan, setiap bencana membawa pesan moral bahwa kepedulian sosial bukan pilihan, melainkan kewajiban bersama, terutama bagi mereka yang memiliki akses dan kemampuan untuk membantu.









