Banda Aceh – Pemerintah Aceh berkolaborasi dengan UNICEF dan Flower Aceh menggelar Youth Health Leadership Bootcamp pada 13–15 September 2025 di Banda Aceh. Kegiatan ini melibatkan puluhan remaja dari berbagai kabupaten/kota untuk memperkuat peran mereka sebagai pemimpin muda di bidang kesehatan.
Bootcamp ini menjadi langkah nyata menjawab tantangan serius kesehatan remaja Aceh seperti stunting, anemia, rendahnya cakupan imunisasi dasar, hingga isu kesehatan reproduksi.
Selama tiga hari, peserta dibekali keterampilan kepemimpinan, komunikasi publik, perencanaan program, hingga advokasi kebijakan berbasis data. Harapannya, mereka mampu meningkatkan kapasitas diri, memperluas jejaring, dan berperan aktif dalam merancang serta mengawal program kesehatan remaja di daerah masing-masing.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh yang diwakili Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Ners Yennizar SST, SKep, menegaskan pentingnya keterlibatan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan.
“Kami berharap peserta dapat menjadi agen perubahan, mengedukasi teman sebaya terkait gizi, imunisasi, dan kesehatan reproduksi,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, menambahkan bahwa kolaborasi lintas sektor mutlak diperlukan.
“Sekolah dan dunia pendidikan harus menjadi mitra strategis agar pesan-pesan kesehatan tersampaikan secara efektif,” tegasnya.
Apresiasi juga datang dari BKKBN Aceh melalui Duta GenRe Nasional, Muhammad Dzaky Raihan, yang menilai edukasi kesehatan reproduksi dalam bootcamp ini dapat memperkuat program Generasi Berencana (GenRe) dan menekan angka pernikahan dini.
Dari sisi pemerintahan, dr. Rauyani, M.K.M selaku Kabag Kesra Pelayanan Dasar Biro Isra Setda Aceh menilai pendekatan berbasis partisipasi dan kearifan lokal sangat relevan dengan konteks Aceh.
“Kebijakan kesehatan remaja harus sejalan dengan syariat Islam agar diterima masyarakat luas,” jelasnya.
Perwakilan UNICEF Aceh, dr. Tira Aswitama, juga menegaskan pentingnya suara anak muda dalam penyusunan kebijakan publik.
“Remaja Aceh punya ide dan energi besar. Dengan melibatkan mereka, kebijakan kesehatan akan lebih responsif,” katanya.
Sementara itu, Koordinator Divisi KPP Flower Aceh, Hendra Lesmana, menegaskan komitmennya mendukung ruang aktualisasi remaja, khususnya perempuan muda, agar suara mereka terdengar dalam perumusan kebijakan daerah.
Sebagai penutup, bootcamp menghadirkan simulasi Model Parlemen Remaja, di mana peserta membahas rancangan Qanun Aceh tentang Kesehatan Remaja. Rancangan ini merupakan hasil lokakarya kolektif yang digelar pada 14 September 2025.
Simulasi parlemen tersebut menjadi wadah pembelajaran demokrasi sekaligus advokasi kebijakan. Peserta tidak hanya melatih keterampilan komunikasi dan negosiasi, tetapi juga menyalurkan aspirasi nyata demi layanan kesehatan remaja yang lebih baik di Aceh.
Momentum ini diharapkan melahirkan pemimpin muda kritis, partisipatif, dan siap memperjuangkan kebijakan kesehatan ramah remaja di masa depan.